Taksonomi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Accipitriformes
Famili : Accipitridae
Genus : Nisaetus
Species : Nisaetus floris
Status Konservasi
Status : CR (Critically Endangered)
Tren Populasi : Menurun
Jumlah Individu Dewasa : 100-240
Habitat dan Morfologi
Elang Flores (Nisaetus floris) merupakan jenis elang endemik yang menghuni wilayah Sunda kecil dengan sebaran terbatas pada tiga pulau yaitu Lombok, Sumbawa dan Flores serta beberapa pulau kecil lainnya termasuk Komodo dan Rinca.
Elang Flores memiliki ukuran tubuh sedang (±50 cm), warna tubuh coklat kehitam-hitaman, dada dan perut berwarna putih keabuan dengan corak tipis berwarna coklat kemerahan, serta terdapat enam garis (strip) coklat pada ekor yang merupakan ciri pembeda dengan jenis elang lainnya. Hal pembeda yang paling menonjol adalah adanya bagian tepi dalam sayap yang transparan, terlihat berkilauan ketika terkena sinar matahari.
Satu Langkah Menuju Kepunahan
Saat ini populasi elang Flores di alam diperkirakan hanya 100 - 240 ekor. Oleh IUCN, spesies ini dikategorikan dalam daftar Sangat Terancam Punah (critically endangered) atau satu langkah menuju kepunahan di alam akibat ukuran populasi yang sangat kecil dan tren populasinya yang cenderung menurun.
Si pemburu yang semakin diburu
Perburuan dan perdagangan illegal elang flores menjadi penyebab utama menurunnya jumlah spesies ini. Upaya – uoaya konservasi untuk melindungi raptor endemic yang satu ini semakin gencar dilakukan. Salah satunya adalah menjadikan spesies dilindungi yang satu ini sebagai 25 satwa prioritas yang harus ditingkatkan populasinya sebanyak 10% berdasarkan surat Dirjen PHKA Nomor S/20/IV-KKH/2015. Pihak Taman Nasional Tambora juga baru – baru ini sedang gencar – gencarnya melakukan kegiatan inventarisasi dan identifikasi spesies elang flores dan sejauh ini sudah ditemukan sebanyak 2 ekor elang flores di Taman Nasional Tambora.
(Sumber : kelimutu.id) |
Bagi suku – suku di pulau flores, Elang Flores dianggap sebagai hewan suci. Oleh Suku Manggarai sendiri menganggap Ntangis (sebutan untuk Elang Flores) sebagai leluhur manusia, sehingga tidak boleh disiksa, dibunuh, atau ditangkap. Berdasarkan keterangan Almarhum Bupati Ende, Bapak Marselinus YW Petu mengatakan bahwa elang flores menginspirasi Soekarno, Sang Proklamator yang juga presiden Pertama Indonesia untuk menetapkan warna bendera negara sewaktu soekarno diasingkan di Ende pada tahun 1934-1938.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar