• Ekosistem Mangrove dan Perubahan Iklim

     

    Gambar : kompas.com

    Mangrove merupakan ekosisitem yang produktif di kawasan pesisir sebagai penghubung antara daratan dan lautan yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan mangrove memiliki fungsi Ekonomi, Bilologi dan Ekologi. Salah satu fungsi ekologi hutan mangrove adalah sebagai penyerap dan penyimpan karbon. Hutan mangrove terkenal karena kemampuannya yang besar untuk menyerap dan menyimpan CO2 dari atmosfer, CO2 merupakan salah satu jenis gas rumah kaca utama yang berkontribusi terhadap pemanasan global. Kemampuan hutan mangrove dalam menyerap CO2 di atmosfer empat kali lipat lebih besar jika dibandingkan dengan hutan tropis. 

    Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki luas eksosistem mangrove 10.667,19 ha dan dibagi menjadi dua bagian yaitu di dalam kawasan hutan dan diluar kawasan hutan. Luas eksosistem mangrove di dalam kawasan dibagi menjadi dua yaitu 3.212,63 ha dalam keadaan kritis dan 358,57 ha dalam keadaan tidak kritis, sedangkan diluar kawasan hutan 10.574,80 ha dalam keadaan kritis dan 3.216,40 ha dalam keadaan tidak kritis (Anderson, 2021). Ekosistem mangrove terus mangalami kerusakan hal ini dapat dilihat dari perbandingan luasan lahan kritis dengan tidak kritis. Penyebab utama kerusakan hutan mangrove adalah faktor sosial ekonomi masyarakat,dengan banyaknya aktivitas yang dapat menekan pertumbuhan hutan mangrove, salah satunya adalah konversi ekosistem mangrove.

    Gambar : dlh.buleleng.go.id

    Dampak yang timbul akibat konversi ekosistem mangrove adalah terjadinya erosi garis pantai dan sempadan sungai, sedimentasi, pencemaran, terjadinya intrusi air laut berkurangnya fungsi ekologi dan secara langsung akan mempengaruhi fungsi ekonomi dengan berkurangnya jumlah tangkapan nelayan. Implikasi pada sosial ekonomi adalah ketahanan pangan menjadi rawan dan tingginya perpindahan penduduk untuk mencari sumber mata pencaharian lainnya serta simpanan karbon yang telah diserap sebelumnya dapat dilepas ke atmosfer ketika terjadi konversi. 

    Konversi mangrove menjadi tambak telah terbukti menjadi kontributor yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca, berpotensi melepaskan rata-rata 120 Mg emisi CO2 hektar per tahun. Faktor penyebab utama konversi hutan mangrove menjadi tambak di wilayah pesisir adalah tingginya kebutuhan ekonomi dan kurangnya kesadaran kepentingan ekologis serta kepedulian masyarakat akan dampak lingkungan. Dengan demikian, mencegah hilangnya mangrove dan restorasi menanam bakau adalah strategi berharga untuk mitigasi perubahan iklim.

  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

Melalui hasil dari keputusan dari CO Media HIMASYLVA 2018, maka blogger HIMASYLVA kembali hadir, blog ini berguna untuk sharing kegiatan internal Program Studi Kehutanan.

WEBINAR NASIONAL " Menakar Food Estate Sebagai Jalan Mengatasi Krisis Pangan Massa Depan"

Narasumber : - Muhammad Saifulloh (Kementrian koordinator bidang perekonomian republik Indonesia) - Audi Gunawan (IBEMPI)(Ma...

Facebook  Instagram