• Capaian yang signifikan dalam bidang kehutanan di NTB

     


    Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tengah melakukan kegiatan rehabilitasi Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (DASHL) secara masif di seluruh wilayah negara Indonesia. Konsentrasi KLHK ditahun 2021 ini mengalokasikan anggaran tertinggi untuk merehabilitasi hutan dan lahan serta upaya konservasi dikarenakan disitulah letak jantung sumber daya alam di Indonesia.

    Hutan yang dapat menjaga rantai pangan, energi, karbon dan masih banyak lainnya sebagai kehidupan generasi ke depannya dan modal bangsa Indonesia semakin terkikis keberadaannya. Nusa Tenggara Barat contohnya luas lahan kritis yang telah mencapai 718 ribu hektar lebih pada tahun 2018, dari hal ini merupakan capaian yang sangat bagus di dalam dunia kehutanan.

    Rehabilitasi hutan dan lahan telah lama dilakukan dan telah lama digaungkan, Area vital perut menjadi faktor paling mendasar dalam kehidupan para birokrat dan petani. Praktek neo-kolonialisme yang dilakukan para birokrat melalui program-program sangat tersimpan dengan rapat agar masyarakat tidak tahu berapa anggaran yang masuk dan keluar, yang ditahu hanya kerja, kerja dan kerja untuk mencapai target target perencanaan para birokrat, akan tetapi selalu meleset dari target perencanaannya.

    Penggiat lingkungan sekaligus ketua Dewan Pengawas Organisasi Himasylva PC-Unram meragukan kinerja integritas yang dilakukan oleh BPDASHL-DM, KLHK Provinsi NTB, KPH, RPH, dan FORDAS melalui tangan-tangan konsultan untuk melaksanakan proyek rehabilitasi hutan dan lahan serentak di Nusa Tenggara Barat. 

    "Bung Bagus" sapaan akrabnya mencurigai bahwa praktek-praktek yang dilakukan tidak sesuai dengan rancangan teknis dan meragukan pertumbuhan bibit yang telah ditanam dan diyakininya pertumbuhan P0 yang sudah ditanam tidak lebih dari 60%.

    Dalam kajian di bidang silvikultur, rehabilitasi hutan dan lahan dapat dikatakan berhasil jika persentase tumbuh bibit setelah tanam lebih dari 60%. Mengingat NTB termasuk ke dalam hutan muson dengan tipe iklim C serta memiliki struktur tanah bersolum tipis, maka perlu dilakukan sulaman dan perlakuan-perlakuan yang lebih intensif terhadap tanaman.

    Praktek pembangunan green house (persemaian) yang dilakukan terlalu tersentralisasi sehingga bibit yg diambil oleh petani dan penggarap jauh dari lahan. Bibit yang ditanam pun tidak dikaji lebih lanjut terkait kesesuaiannya karena dirasa kurang sesuai dengan kondisi tapak. Kayu-kayuan serta MPTS yang diusulkan pun sengaja disetting sebagai komoditas baru.

    Dalam hal ini aktor-aktor yang terlibat dalam rehabilitasi hutan dan lahan seyogyanya tidak menjadikan kegiatan ini sebagai lahan basah untuk dijadikan alat pemuasnya. RHL dilakukan hanya sekedar formalitas semata yang dijadikan event proyek tahunan, "pokoknya sesuai dengan target waktu yang telah direncanakan, perihal tumbuh tidaknya itu urusan belakang, bisa diajukan lagi ditahun depan". Sekian dan Terimakasih (KK)



    Gambar : Arsip Himasylva PC-Unram

  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

Melalui hasil dari keputusan dari CO Media HIMASYLVA 2018, maka blogger HIMASYLVA kembali hadir, blog ini berguna untuk sharing kegiatan internal Program Studi Kehutanan.

WEBINAR NASIONAL " Menakar Food Estate Sebagai Jalan Mengatasi Krisis Pangan Massa Depan"

Narasumber : - Muhammad Saifulloh (Kementrian koordinator bidang perekonomian republik Indonesia) - Audi Gunawan (IBEMPI)(Ma...

Facebook  Instagram